Tragedi 10 Sura, Kisah Pembunuhan Husein bin Ali, Cucu Kesayangan Nabi

28 Agustus 2020, 21:07 WIB
Tragedi 10 Sura, Kisah Pembunuhan Husein bin Ali, Cucu Kesayangan Nabi /Tangkap Layar Youtube Hidayah Ilahi Official/

SEMARANGKU – Umat Islam pada masa itu sangat bersedih atas meninggalkan cucu kesayangan Nabi, yaitu Sayyidina Husein bin Ali pada tanggal 10 Sura atau 10 Muharram tahun 61 Hijriah atau 10 Oktober 680 Masehi.

Kematian yang mengenaskan atas kematian Sayyidina Husein yang bantai dan dipenggal kepalanya akibat konflik perebutan kekuasaan.

Dikutip dari Kanal You Tube Hidayah Ilahi Official, Hasan dan Husein adalah cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda, “Barang siapa yang mencintai keduanya. Maka, ia benar-benar mencintaiku. Dan barang siapa yang membenci keduanya, maka ia benar-benar membenciku.”

Baca Juga: Redmi Note 9 Spesifikasi, Kelebihan dan Kekurangan, Apakah lebih baik dari Pendahulunya Redmi Note 8

Baca Juga: Samsung Galaxy A51 vs Oppo A92 Spesifikasi dan Harga, Perang Ponsel Rp4 Jutaan

Dengan kemuliaan inilah beliau sangat dihormati kaum Ahlulsunnah Waljamaah sebagai ahlul bait Nabi dan dihormati kaum sufi sebab menjadi Waliy Mursyid yang kedua setelah ayahanda Sayyidina Ali bin Abi Thalib terutama bagi tarekat Qodiriyyah di seluruh dunia dan tarekat Alawiyyah di Hadramaut.

Namun, ketika iblis sudah merasuki alam sadar mereka, sehingga tidak sadar bahwa mereka membunuh Ahlul Bait dengan cara biadab dan kejam.

Sebelum itu, para sahabat Nabi Muhammad Saw dibunuh dengan cara yang keji kecuali Abu Bakar As-Syiddiq. Sampai ketika pembunuhan Ali bin Abi Thalib yang dibunuh Abdurrahman bin Muljam saat Ali berwudhu’ untuk shalat subuh.

Baca Juga: Gak Sangka Anak Pertama Lahir, Citra Kirana Kini Jadi Ibu dari Buah Hati Bersama Rezky Aditya

Baca Juga: All New Corolla Hybrid Hadir di Jateng dan DIY, SUV Terbaru Toyota

Atas terbunuhnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib, tumpu kekhalifahan kosong. Sementara, Muawiyah dari bani Umayyah ambisius untuk menjadi seorang khalifah.

Kemudian, dua hari sepeninggalkan Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahan Islam di Kufa membaiat Hasan bin Ali. Awalnya, ia tidak suka menjadi seorang khalifah, namun desakan kaum Kufa membuat dirinya berkenan untuk memegang kepemimpinan Islam. Hal tersebut membuat Muawiyah geram dan marah.

Lambat laun, Hasan memberikan jabatan khalifah kepada Muawiyah demi perdamaian umat Islam. Selang beberapa hari, Hasan meninggal karena diracuni.

Baca Juga: Member BlackPink Akui Lagu Ice Cream Tidak Sesuai Dengan Mereka

Baca Juga: Thiago Silva Resmi Berseragam Chelsea untuk Musim Depan

Setelah itu, penduduk Kufa yang dijadikan pusat pemerintahan merasa kecewa atas kepemimpinan Yazid dan mengirimkan surat permintaan kepada Husein untuk pergi ke Kufa menggantikan Yazid sebagai khalifah.

Mendengar hal tersebut, Muawiyah geram. Hal inilah terjadinya perang saudara dan pembantaian Husein bin Ali dan pengikutnya di Karbala.

Pada hari ke-10 bulan Muharram 61 Hijriah saat selesai menunaikan shalat subuh, Husein bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Kemudian, Husein berpidato kepada kaumnya.

Baca Juga: Lirik Lagu Say So Oleh Doja Cat dan Terjemahannya

Baca Juga: Mario Suryo Aji Kembali Berlaga di Sirkuit Eropa, Siap Banggakan Indonesia

“Lihatlah nasabku! Pandangilah siapa aku ini! Lantas, Lihatlah siapa diri kalian! Perhatikan, apakah kalian halal membunuhku dan menciderai kehormantanku.

Bukannya, aku ini putra dari anak perempuan Nabimu? Bukannya Hamzah, pemuka para syuhadah adalah pamanku. Bukankah, Jakfar yang terbang di surga adalah pamanmu.

Tidaklah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian, bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku.

Keduanya adalah pemuka dari ahli surga. Jika kalian percaya atas apa yang aku sampaikan dan sungguh benar sebab aku tidak pernah berdusta.

Maka, jika kalian tidak mempercayaiku, maka tanyakan Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Zaid Al-Khudhari, Sahal bin Sa'ad, Zaid bin Al-Qob, dan Anas bin Malik yang akan memberi tahu kalian tentang kedudukan aku dan saudaraku. Tidak kah ini cukup bagi kalian menumpahkan darahku?” seru Husein.

Baca Juga: Begini Komentar Dragan Djukanovic Soal Latihan Perdana PSIS Semarang di Stadion Kebondalem Kendal

Baca Juga: Gus Miftah Sebut Film Tilik Unfaedah, Simak Alasannya

Namun, mereka yang telah dikunci hatinya tidak percaya kepada perkataan Husein. Pasukannya mengepung atas perintah Ubaidillah bin Yazid untuk memaksa pemerintah Yazid bin Muawiyah.

Kemudian, terjadilah sebuah peperangan. Pasukan memukul kepada Husein dengan pedang hingga berdarah. Lalu, ia membalut kepalanya dengan merobek kain jubahnya.

Ada juga yang melepaskan panas dan mengena di leher Husein. Namun, Husein masih hidup dan membalut lehernya menuju sungai karena kehausan.

Baca Juga: Begini Komentar Dragan Djukanovic Soal Latihan Perdana PSIS Semarang di Stadion Kebondalem Kendal

Baca Juga: Gus Miftah Sebut Film Tilik Unfaedah, Simak Alasannya

Umar bin Sa’ad memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Husein dari segala penjuru dan tidak memberinya ampun.

Lalu, Sinan bin Anas bin Amr An Nakha’I membunuh Husein dengan tombaknya. Kemudian, menggorok kepala Husein dan diberikan kepada Khawarij bin Yazid.

Dari cerita tersebut, pertarungan di masa khalifah dulu akibat politik kekuasaan mengorbankan cucu Nabi Muhammad Saw, yaitu Sayyidina Husein bin Ali.*** 

Editor: Risco Ferdian

Tags

Terkini

Terpopuler