SEMARANGKU – Pemerintah Tanzania dilaporkan berusaha membungkam semua bentuk perbedaan pendapat dan hak menyampaikan pendapat dan berkumpul secara damai menjelang pelaksanaan pemilu yang akan berlangsung bulan ini.
Hal ini dungkapkan dalam sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh kelompok pemerhati hak asasi manusia, Amnesty Internasional pada Senin, 12 Oktober 2020.
Dilansir Semarangku dari Al Jazeera pada hari yang sama, pihak berwenang telah secara efektif membatasi hak atas kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai.
Baca Juga: Begini Susana Kamar Donald Trump di Walter Reed, Mewah Gak Ketulungan, Dikontrol dari Gedung Putih
Baca Juga: Pendaftar Masih Ditunggu! Ini Cara Dapat Kuota Internet Gratis 50 GB + Akses Youtube dari Kemdikbud
Direktur Amnesty Internasional untuk Afrika Timur dan Selatan, Deprose Muchena mengatakan bahwa pasukan keamanan sendiri telah menangkap calon oposisi atas tuduhan palsu, mencabut haknya atas kebebasan berkumpul, berserikat, dan bergerak dalam beberapa bulan terakhir.
"Tanzania telah mempersenjatai hukum sampai-sampai tidak ada yang benar-benar tahu kapan mereka berada di sisi yang benar atau salah," kata Deprose.
“Politisi telah ditangkap karena mengadakan atau menghadiri pertemuan, rumah media ditangguhkan dan dilarang, aktivisme online dikriminalisasi, dan LSM dibungkam dengan peraturan tanpa akhir,” tambahnya.