Kapal Tiongkok Lintasi Area Sengketa, Hubungan China-Jepang Tambah Menegang, Siap Perang?

- 17 Februari 2021, 19:15 WIB
Ilustrasi kapal perang saat melintas di laut, saat ini China dan Jepang bersitegang karena kapal Tiongkok melintasi wilayah sengketa
Ilustrasi kapal perang saat melintas di laut, saat ini China dan Jepang bersitegang karena kapal Tiongkok melintasi wilayah sengketa /Petty Officer 3rd Class Nicholas/via REUTERS
 
SEMARANGKU - Juru Bicara Jepang mengungkapkan keberatan atas aktivitas kapal Tiongkok di area sengketa China-Jepang.
 
Lalu lintas kapal Tiongkok di area sengketa selama dua hari berturut-turut tersebut menandakan ketegangan yang meningkat antara China-Jepang.
 
Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato telah menyampaikan protes terkait aksi China tersebut melalui konferensi pers pada Selasa, 16 Februari 2021.
 
 
 
China dan Jepang diketahui mempersengketakan perairan yang membatasi kedua negara, dekat pulau-pulau Laut China Timur yang tidak berpenghuni.
 
Kapal-kapal dari dua negara ekonomi terbesar di Asia saling mengejar di sekitar rantai, yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang  dan Diaoyu di China, sejak pemerintah Jepang membeli tiga pulau dari pemilik swasta pada 2012, dikutip dari Bloomberg.
 
Jepang memfokuskan perhatian pada pulau-pulau tersebut usai Presiden AS Joe Biden meyakinkan Perdana Menteri Yoshihide Suga terkait komitmen perjanjian keamanan atas wilayah teritorial Jepang. 
 
 
 
Perbincangan tersebut terjadi saat tim Biden mengincar oposisi awal terhadap klaim teritorial China.
 
Di sisi lain, China mengesahkan undang-undang yang mengizinkan penjaga pantainya menembaki kapal asing dalam beberapa situasi. 
 
Katsunabo Kato menyebutkan, satu dari empat kapal China yang lintasi area sengketa dilengkapi sesuatu yang tampak seperti senjata besar. Hal tersebut memicu kecaman dari Jepang.
 
 
 
Pergerakan China di area sengketa tersebut dilakukan usai Jepang menjadi satu dari 58 negara yang menandatangani deklarasi menentang penahanan sewenang-wenang karena pengaruh politik.
 
Deklarasi yang dipimpin oleh Kanada tersebut secara luas dianggap menargetkan China dan Iran.
 
Jepang telah berupaya memperbaiki hubungan dengan China, mitra dagang terbesarnya, selama bertahun-tahun.
 
 
 
Jepang telah merencanakan penyambutan Presiden China Xi Jinping dalam kunjungan kenegaraan tahun lalu. Akan tetapi, hal itu tertunda akibat pandemi.
 
Kunjungan yang tertunda dan aktivitas kapal China di area sengketa, membuat hubungan China-Jepang kembali menegang.***

Editor: Heru Fajar

Sumber: Forbes


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x